2/15/2010

PERGESEREN BAND INDIE

Seharusnya band Indie merupakan band
yang beridealis dengan karakter musikalitas
dan menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan
eksperimennya tanpa mengikuti trend, sekaligus mereka melakukan aktivitas band secara mandiri, seperti menitipkan demo ke radio, mencari gigs hingga memproduksi album. Apalagi pegenalan dan penjualan karya sudah dapat dilakukan melalui teknologi internet.

Seiring jaman, tidak salah kalau mereka mendapatkan akses yang mudah untuk mendukung aktivitas band indie itu sendiri. Kebutuhan kepada seseorang yang dipercayai untuk mengurusi band, banyaknya telah menjadi kebutuhan band indie (mandiri). Selain itu kertertarikan Indie maupun Major Label pun akan bersikap mengikuti keadaan idealisme band itu sendiri yang dilihat dari karya, budaya dan massa.

Suatu pekerjaan rumah untuk penggemar mereka adalah mengenalkan dan mengenalkan karya mereka. Ini lebih efektif dan mungkin akan menarik industri, baik Indie ataupun Major Label. Perlahan budaya akan berubah untuk menikmati karya-karya dari musisi kritis dengan keidealisan karyanya. Dalam kenyataannya bentukan Label yang dikatakan Major mempertimbangkan pasar yang luas. Hanya saja mereka tidak berani untuk berbuat lebih banyak pada budaya musik yang berkualitas dengan alasan budaya itu sendiri telah menjiwai. Sebaliknya, hal ini adalah Indie Label yang berjasa besar. Sebuah harga yang harus mahal untuk karya musikalitas yang berkualitas, bukan karya yang terlahir karena mengikuti trend, tuntutan budaya atau industri musik/hiburan.

Bagaimanapun hal yang terpenting merupakan karya yang berkualitas dengan keidealisan dan berbeda, terlepas dari kemasan yang akan mereka baluti. Setuju kalau budaya Indonesia itu harus dilestarikan dengan kualitas dunia tentunya juga. Dan bukan mulahan melestarikan budaya luar. Dari artikel ini menyatakan bahwa band indie saat ini, banyaknya hanyalah merupakan musik indie bukan pergerakan dari band yang mengatasnamakan band indie. Jangan terjebak oleh perasaan minoritas.

Semangat berkarya dengan musik yang berkualitas akan jauh lebih bernilai.

‘KOMISI’ BANGKITKAN KOMIK INDIE

Komik menjadi bacaan favorit yang digemari segala usia. Dari segi penokohan, alur cerita, maupun dialognya yang komunikatif, komik menjadi bacaan ringan paling disuka di seluruh dunia. Kendati disinyalir sebagai satu penghambat kecerdasan anak, komik tetap jadi bacaan ringan favorit anak-anak, remaja, bahkan orangtua. Sejarah perkomikan telah mencatatkan tokoh klasik Perancis Asterix, komik Swedia Tin-Tin, hingga revolusi Manga (komik Jepang).
Kendati dunia perkomikan dimonopoli komik-komik Barat dan Manga, gejala menggembirakan, setidaknya dari segi kuantitasnya, komik di Indonesia mulai muncul sebagai genre baru sebuah media penyampai gagasan. Dalam genre baru ini — lepas dari masa kejayaan komik Indonesia pada 1970-an — komik Indonesia muncul dalam penjelajahan visual, wacana, spirit, mental yang terlepas dari mainstream komik-komik Barat dan Manga.
Eksplorasi komik Indonesia pun tak berhenti dalam tataran kuantitas. Sebuah upaya peningkatan kualitas direalisasikan dengan mmemunculkan mata kuliah Studi Komik di kampus ISI Yogyakarta dengan bimbingan Drs Herry Wibowo dan Bambang Toko Witjaksono SSn.
Pameran komik dari 35 mahasiswa ISI peserta mata kuliah Studi Komik dan praktisi komik pun digelar, mulai Jum’at (25/5) lalu hingga Kamis (31/5) mendatang di Modern School of Design (MSD) Jalan Tamansiswa 164 Yogya dalam tajuk gelaran Pameran Komik ISI (Komisi).
Dari segi visual, komik-komik yang ditampilkan dalam format “lukisan” oleh seniman ISI jauh lebih bagus dibanding komik-komik yang beredar di pasaran. Namun, dari segi penceritaan, mungkin juga karena keterbatasan ruang, komik-komik itu terkesan hadir sebagai lukisan yang ditempeli dialog, ketimbang penyampai gagasan verbal yang terintegrasi dengan aspek visual.
Bahkan beberapa hadir tanpa aspek verbal, yang ironisnya menjadi ciri dan kekuatan komik. Muatan-muatan “berat” yang disampaikan lewat komik menjadikan beberapa komik justru “melelahkan” untuk disimak. Pertanyaannya, apakah memang komik disini ingin sengaja hadir untuk mendobrak komik-komik pasar dan menjadikan komik sebagai media yang berwacana, tak penting apakah enak dinikmati atau tidak?
Namun, beberapa karya tampil secara komunikatif. Misalnya karya Eko Cahyono yang secara kocak menggambarkan laki-laki patah hati dan akhirnya bertemu wanita cantik yang ternyata hantu Sundelbolong. Atau karya Eros Kumoro yang tampil kekanakan mengkreasi tokoh-tokoh lucu semacam Teletubbies. Juga karya Heri Wibowo yang menggambarkan makhluk raksasa luar angkasa sedang salesma yang bersinnya saja mampu mengakibatkan pesawat terbang oleng.
Mantrijeron, Bernas

Musik Indie Karya Lepas Tak Terbatas

Gelegar musik tanah air dalam 10 tahun terakhir mengalami perkembangan yang menarik, setidaknya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kesempatan menjadi musisi saat ini sangat besar, karya yang dibuat harus tidak lepas dari selera pasar. Pencitraan musisi di media adalah salah satu yang membesarkan mereka hingga dikenal oleh pasar yang sudah diarahkan. Terbatas, itulah kekurangan dari musisi yang mainstream atau biasa dikenal dengan major label. Lepas dari hal tersebut, ke mana gerangan musisi indie yang terkenal bebas dan tanpa batas dalam bermusik?.
Masih ada, mereka memang lebih senang berekspresi tanpa ada batasan. Media jarang sekali mengangkat mengenai komunitas musik indie, karena mereka sudah memiliki pasar tersendiri dan cenderung loyal. Kreatifitas tanpa batas, itulah pegangan yang ada dalam benak musisi indie, selain dapat mengungkapkan jatidiri musisi secara berdikari, mereka juga selalu berpegang teguh pada konsep DIY (Do It Yourself). Keseluruhan rencana, pelaksanaan dari rekaman hingga manggung hasil dari usaha sendiri.
Ketidakpuasan dan perlawanan adalah rasa yang ingin ditonjolkan oleh musisi-musisi indie. Dari jenis musik pop hingga underground, semua ingin menjadi yang terbaik dalam memberikan karya yang mungkin saja sama dalam benak pendengarnya. Lirik yang terdengar melankolis hingga sarcastic mampu setia didengar oleh beberapa kalangan yang setia pada dunia indie.
Jangan takut untuk berekspresi, ada jalan yang dinamakan indie. perlahan namun pasti akan mendapatkan apresiasi. Gunakan waktumu untuk berkarya lebih baik, karena indie adalah independent, berdikari, tanpa batas. Mainstream mungkin sudah biasa, namun apakah kamu bisa berbuat luar biasa?buktikan!.


2/14/2010

PERGERAKAN KITA


Kita hampir tenggelam, pergerakan kita sedang surut, citra kita tengah menurun. Mungkin itulah sedikit gambaran tentang keadaan yang tengah terjadi. Terlintaskah dalam benak kita untuk tetap mempertahankan komunitas kita? Dengan cara apa dan bagaimana?? ya seperti yang sekarang kita ketahui, ketidak tersediannya sarana penunjang gigs gigs untuk event musik indie telah mengkurung kreatifitas komunitas indie untuk terus berkarya. Bahkan pemerintah daerah pun sudah kurang mendukung penyaluran bakat kreatifitas di bidang musik ini. Mungkin saja pemerintah pengelola daerah khususnya perkotaan memandang hal ini sebagai sesuatu yang banyak merugikannya ketimbang menguntungkan. Kenapa? Mungkin dengan sering terselenggaranya event-event musik indie, pemerintah daerah khawatir akan memperburuk kondisi kota seperti Kemacetan dimana-mana, rusak dan menjadi tidak terawatnya sarana dan prasarana penunjang kota seperti GOR olahraga , Lapangan, gedung kesenian dan lain sebagainya. Ini dirasakan terlalu berlebihan, ya setidaknya pemerintah daerah menyediakan suatu  tempat khusus bagi para pencinta musik indie untuk terus berkarya. Masih banyak cara untuk tetap melestarikan kreatifitas para pencinta musik ini ketimbang harus mengekang dan membunuhnya perlahan-lahan.

Mungkin kekhawatiran pemerintah daerah bukannya tanpa alasan yang jelas. Pihak pemerintah daerah/kota hanya takut dengan diadakanya event-event music indie hanya akan memperburuk kondisi dan merusak sarana dan prasarana fasilitas pendukung kota. Kembali lagi pada kesadaran dan kedewasaan kita sebagai suatu bagian dari komunitas indie, sudahkah kita merasa tertib? Mempergunakan fasilitas kota dengan sebaik baiknya tanpa merusaknya? Saya yakin jawabannya beragam. Mungkin dari hal-hal yang terlihat sepele seperti membuang sampah sembarangan, mencorat coret sarana dan prasarana kota, mabuk-mabukan sampai membuat keonaran, bahkan sampai berbuat kejahatan. Jadi wajar saja pemerintah pengelola kota menganggap hal ini sebagai sesuatu yang negatif dan sangat merugikan. Sudah saatnya kita lebih dewasa, kita tunjukan bahwa pergerakan kita benar-benar positif.

TAK ADA KRISIS BAGI YANG KREATIF

Di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi global, industri kreatif di Indonesia tetap berdenyut. Krisis memang tak berlaku bagi mereka yang kreatif.
Sejumlah pelaku ekonomi kreatif yang bergerak di bidang desain, percetakan, dan kemasan mencatat pertumbuhan tinggi. Direktur Kreatif Petakumpet M Arief Budiman mengatakan, lonjakan transaksi perusahaannya tahun ini naik dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. ”Awal tahun ini kami mendapat pesanan dari klien berskala internasional,” kata Arief yang perusahaannya bergerak di bidang desain periklanan.

Tahun 2000, omzet Petakumpet baru Rp 133 juta. Tahun berikutnya naik menjadi Rp 360 juta. Pada tahun 2002, omzetnya melonjak menjadi Rp 773 juta. ”Omzet kotor perusahaan rata-rata Rp 8 miliar per tahun. Tahun ini kami perkirakan tembus Rp 1 triliun,” kata Arief yang merintis Petakumpet bersama temantemannya sejak masih kuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Rudy Tjahjadi, Direktur Manajemen Admire, perusahaan percetakan dan desain kemasan, mengatakan, kenaikan omzet perusahannya pada kuartal kedua tahun ini mencapai 20 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. ”Perusahaan tetap butuh beriklan untuk menjaga citra produk mereka,” katany a .
Menurut Direktur Digital Studio Workshop Andi S Boediman, beberapa klien besar yang sebelumnya memakai jasa dari luar negeri kini mengalihkan ke dalam negeri dengan alasan pengetatan anggaran.

Di bidang desain arsitektur, menurut arsitek yang juga Ketua Bandung Creative City Forum Ridwan Kamil, penurunan order hanya terjadi untuk proyek dari luar negeri. Proyek di dalam negeri, khususnya untuk bangunan rumah tinggal, hampir tak terpengaruh krisis.
Tak semua agensi pelaku industri kreatif mampu bertahan di tengah krisis. Dalam dua tahun terakhir, dari 500 agensi periklanan, menyusut hingga tinggal 200-an. Menurut Arief, kunci untuk bertahan di tengah krisis adalah kreativitas.

Strategi Petakumpet, menurut Arief, adalah mengepung Jakarta dari Yogyakarta. Caranya, dengan mencari klien di Jakarta, tetapi kegiatan produksi di Yogyakarta. Dengan kegiatan produksi di Yogyakarta, Petakumpet mendapatkan beberapa kelebihan, misalnya sumber daya manusia yang murah dan segar. ”Kami bisa menjual produk dengan harga bersaing. Ini bisa menjadi nilai lebih dibandingkan pesaing,” katanya. Arief menyebutkan, Petakumpet juga terus melebarkan jejaring bisnis. Tak terbatas di bidang periklanan dan promosi, mereka juga melayani desain logo dan brandname perusahaan, pembuatan brosur, kalender, desain presentasi dan web, serta ilustrasi.

Rudy mengemukakan hal senada. ”Kreativitas adalah kunci untuk bertahan. Produk desain kami harus lebih inovatif dan kami juga dituntut lebih kolaboratif dengan pemberi order,” katanya. Sedangkan Andi Boediman mengatakan, pelaku industri kreatif mesti jeli membaca tren terbaru. ”Pertumbuhan iklan dengan media cetak memang melambat, tetapi iklan dalam bentuk digital di media online tumbuh pesat. Celah ini harus dimanfaatkan,” u j a r ny a .

Tanpa rel
Peneliti industri kreatif yang juga pengajar di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung, Togar M Simatupang, optimistis pelaku industri kreatif di Indonesia dapat bertahan saat krisis.
”Masyarakat kita punya daya tahan tinggi dalam menghadapi krisis. Masalahnya, bagaimana menyiapkan fondasi ekonomi kreatif ini agar berkelanjutan dan bisa bersaing dengan pelaku di negara lain,” kata Togar.
Andi mengatakan, kelemahan dasar ekonomi kreatif di Indonesia adalah tiadanya rel atau platform. ”Pelaku kreatif atau lokomotifnya sudah banyak, tetapi aturan mainnya tidak jelas,” ujarnya.

Cetak biru industri kreatif yang dibuat pemerintah sejak 2008 nyatanya tak jelas implementasinya. Jaringan Ekonomi Kreatif Indonesia juga belum terdengar gaungnya. Pelaku industri kreatif masih jalan sendiri- sendiri dan tertatih membangun jaringan sendiri.
Menurut Andi, perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) pelaku industri kreatif masih tetap menjadi masalah. Selain itu, akses pembiayaan dan iklim usaha juga belum membaik.
Direktur Kreatif Hello Motion Inc Wahyu Aditya mengatakan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di bidang animasi, pemerintah bisa mencontoh China atau Korea. Stasiun televisi di China diwajibkan menayangkan animasi buatan lokal pukul 17.00-21.00. Sedangkan di Korea, stasiun televisi diwajibkan menayangkan animasi baru buatan lokal minimal 0,1 persen dari keseluruhan jam tayang setiap tahunnya.
”Saat ini aturan bagi stasiun televisi kita menayangkan 60 persen muatan lokal, kebanyakan diisi dengan sinetron dan tayangan gosip,” kata Wahyu.
Wahyu menambahkan, produk animasi dalam negeri sudah siap, tetapi terkendala pada kurangnya daya serap pasar. Akibatnya, beberapa animator dan pelaku industri kreatif lain hengkang ke luar negeri. ”Tenaga kreatif yang meninggalkan Bandung mencapai 60 persen,” kata Ridwan Kamil. Jika selama ini pelaku industri kreatif di Indonesia bisa tumbuh sendiri dan sanggup bertahan di kala krisis, saatnya pemerintah mengambil peran yang lebih nyata dengan memperbaiki regulasi, iklim usaha, dan akses terhadap modal. Jika tidak, makin banyak tenaga kreatif yang pergi. 


2/11/2010

INDIE UNDERGROUND

Kelahiran musik Indie dan seni independen di tengah masyarakat antara lain adalah karena menolak terpengaruhi  oleh pangsa pasar musik yang telah ada dan berkembang. Indie muncul dari hati, dan personal, di luar jalur musik pop dan seni pop umum yang telah disebarluaskan industri. Dalam pengertian seperti itulah pemusik Indie tidak terlalu tertuju dengan komersial. Yang dilakukan hanyalah mempublikasi karya, dan dengan kata lain lebih sebagai lemparan ekspresi dalam berkarya musik.
Komunitas Indie memang merekam karya musik mereka sebagai ujung tombak. Hanya saja cara menjualnya berbeda dengan pemasaran konvensional.
Pada era sekitar awal 1990-an, musik-musik metal di Bandung  mendistribusi hasil rekamannya dengan cara antarkelompok, dari teman ke teman atau pintu ke pintu, menggunakan gerakan bawah tanah atau sering disebut “Underground”. Bandung memang dikenal sebagai gudangnya para pemusik indie.
Kebanyakan orang akan menganggap Musik Underground adalah musik yang keras, membawa pergaulan tidak baik, berisik. dan penuh kekerasan. Underground sendiri merupakan suatu wadah komunitas dari beberapa aliran musik yang berdiri sendiri dan bersifat Independent  atau sering disebut Indie.

Underground (bawah Tanah) adalah suatu bentuk perlawanan terhadap budaya yang sedang terjadi pada era modern seperti sekarang ini. Bukan berarti underground telah menciptakan  kelompok tersendiri. Tetapi Underground sekarang ini lebih mempunyai artian sebagai suatu bentuk perjuangan sosial dan politik Informal masyarakat dalam bentuk karya musik yang bebas dari etika dan peraturan. 
Underground sendiri mengandung 2  arti pemahaman yaitu:

Underground sebagai suatu wadah komunitas musik
kesamaan hobi dan selera dalam bermain musik, dalam hal ini adalah musik  keras yang bersifat Indie. mendorong suatu pergerakan sosial yang secara informal, mengumpulkan para komunitas musik indie untuk tergabung dalam even-even musik khusus, melalui media langsung dan tidak langsung menyatukan para individu yang berlatar belakang beda-beda dalam satu kesamaan hobi.

Underground sebagai suatu bentuk perjuangan sosial
Disinilah yang paling menarik. Sejak kemunculan Underground dalam belantika musik di Indonesia, khususnya di generasi masyarakat Indie, kehadiran genre musik dan style dari luar ini membawa arus kontroversial yang cukup besar  melahirkan apresiasi musik yang abstrak tanpa ada kesimpulan objektif secara nyata dari jenis musik tersebut. Semua merupakan fenomena yang bisa dilihat sebagai simbol perlawanan mereka terhadap era modern, yang secara tidak sengaja, telah membawa kerusakan moral dan lingkungan, kehancuran cinta damai dan pembasmian aspek manusiawi dari setiap individu di dunia, dan inilah yang biasanya disebut sebagai 'gerakan anti-kemapanan'.

Pada awalnya komunitas musik underground bergerak secara independen, menyajikan musiknya untuk komunitasnya sendiri dengan menggelar berbagai acara dan ajang musik seperti festival musik dan parade band. Umumnya Underground sendiri bersifat  agak tertutup dan tidak mengejar popularitas. Tetapi kini musik-musik Underground mulai disukai oleh masyarakat luas sejalan dengan perubahan pola pikir masyarakat mengenai musik underground yang selalu di konotasikan negatif. Underground pun kini mulai membuka diri untuk mulai mempopulerkan musiknya lewat media-media massa seperti radio, televisi, dan juga internet.

DESIGNER BUKAN KULI

Sadar atau tanpa sadar desainer telah diperbudak oleh kliennya sendiri. Atau bahkan menyadarinya tetapi membiarkanya terus berlangsung. Bayangkan saja betapa tidak pekerjaan dan jerih payah para desainer seringkali dianggap hal yang sepele oleh kliennya sendiri, hanya seharga bonus dari keseluruhan project yang klien berikan. dan ironisnya lagi hal seperti ini terjadi di hampir kebanyakan desainer di Indonesia. kenyataanya harga sebuah project desain di Indonesia lebih besar biaya produksinya ketimbang baiya pengerjaannya yang hanya dianggap bonus. Banyak desainer yang lembek tidak bisa beradu argumen dengan klien dalam menentukan harga project sebuah desain. Padahal bila di tinjau lebih mendalam, seorang desainer dalam menyelesaikan project tentunya harus memeras keringat ria mengeluarkan ide-ide yang tentunya tidak gampang bukan...belum lagi menentukan konsep....Lalu apa kabar bila semua itu menimpa seorang desainer yang mandiri dan melempar proses produksinya ke pihak lain ....lantas apa yang didapatkan desainer tersebut.....
Memang sudah sepantasnya biaya pengerjaan di prioritaskan lebih tinggi ketimbang biaya produksinya. Dasainer memang bukan kuli dansudah semestinya para desainer mulai pintar beradu argumen demi mendapatkan hak haknya, karena sebenarnya musuh utama para desainer adalah kliennya sendiri benarkah??

2/09/2010

SCENE INDIE YANG TENGAH SEKARAT

Tidak dapat dipungkiri pergerakan scene musik indie sekarang, khususnya di kota Bandung sebagai barometer scene dan musik indie Indonesia hampir tidak terdengar lagi gaung nya. Mungkin kesemua ini lebih dikarena kebijakan pihak pemkot setempat yang sudah tidak menyediakan lagi sarana bagi para pencinta scene indie untuk menyalurkan kreatifitasnya. Hal ini secara tidak langsung telah mengekang kreatifitas dan membunuh scene indie sedikit demi sedikit, Allhasil perkancahan musik di Indonesia sekarang hanya diwarnai oleh musik- musik jiplakan bernuansa melayu dengan musikalitas pas-pasan yang menurut beberapa pengamat musik sangat tidak berkualitas. Dulu kota Bandung banyak melahirkan Band-band dan musik indie yang berkualitas tinggi. tetapi sekarang dengan tidak tersalurkannya kreatifitas di bidang musik, lambat laun para pecinta scene indie sudah mulai tidak produktif lagi, kebanyakan scene indie sekarang tidak mencintai produk musik dari scene komunitasnya sendiri. Tetapi lebih menyukai trend jenis musik dan segala sesuatu yang datang dari luar negeri. 

Begitu juga dengan fashion. Semenjak indie music mulai meredup, fashion hanyalah sebatas style berpakaiaan tanpa nyawa, jadi tidak heran jika sekarang clothing/distro yang notabene menyuplai kebutuhan fashion kota Bandung sudah tidak begitu terdengar lagi namanya. mungkin karena kebanyakan dari mereka sudah tidak mensupport scene music indie dan tidak terinspirasi lagi dengan musik. 

Karna kreatifitas fashion muncul dan berkembang akibat kreatifitas musik. Sedikit gambaran masih ingatkah anda dengan style dan cara berpakaian band metal KISS? Rock and Roll Atau dandanan underground ala Punkrock, Hardcore, Metal, Emo, Grindcore, hingga Dangdut segala yang malah kesemua fashionnya sangat mengidentitaskan jenis musik yang dibawakan. Ya, fashion memang tidak terlepas dengan musik dan tidak dapat dipisahkan. Karena sebetulnya tanpa kita sadari musik sangat mempengaruhi fashion. Semakin scene musik indie terkekang tidak dapat berkreatifitas maka semakin mundur pula kreatifitas di bidang fashion. Itu berarti dengan sekaratnya scene Indie di kota Bandung maka dunia kreatifitas di bidang fashion pun tengah tak bernyawa.

 

Template Design By:
SkinCorner